Ok, sebelumnya sudah tau semuakan, kenapa kita menggunakan Model Arch-Garch? atau belum tau? nanti baca sajalah ya, ditengah-tengah postingan ada kok penjelasannya.
O yaa sebelumnya saya juga pernah postingan tentang motode peramalan runtun waktu yang lain seperti Metode ARIMA Box-Jenkins, Metode SARIMA, dan juga Metode Single Moving Average dan Double Moving Average. Silahkan dibaca dulu yang itu sebelum lanjut membaca postingan ini.
Mari kita mulai dengan berkenalan dengan Model ARCH GARCH
dimana model-model tersebut memiliki asumsi variansi residual konstan. Tetapi kenyataannya di lapangan dapat ditemukan data runtun waktu yang memiliki variansi residual yang tidak konstan, khususnya data dalam bidang finansial. Untuk mengatasi kasus tersebut, Engle pada tahun 1982 memperkenalkan model Autoregressive Conditional Heteroskedastic (ARCH) dengan model sebagai berikut:
Model ARCH dikembangkan menjadi model Generalized Autoregressive Conditional Heteroskedastic (GARCH) pada tahun 1986 oleh Tim Bollerslev. Menurut Bollerslev, variansi residual tidak hanya bergantung pada residual periode lalu tetapi juga variansi residual periode lalu. Model ini dikembangkan karena pada proses ARCH dengan orde tinggi memiliki kesulitan dalam masalah perhitungan dikarenakan modelnya sangat rumit. Secara umum, proses GARCH (p,q) didefinisikan sebagai proses α_t yang memenuhi:
Studi Kasus
Terdapat data penjualan sepatu dari salah satu perusahaan sepatu (usaha rumahan) di Cibaduyut, Bandung. Data penjualan perminggu, seperti terlihat pada tabel di bawah. Berdasarkan data tersebut, ingin diketahui prediksi penjualan sepatu untuk minggu depan.
Datanya seperti berikut
Minggu | Penjualan Sepatu (pasang) | Minggu | Penjualan Sepatu (pasang) | Minggu | Penjualan Sepatu (pasang) |
---|---|---|---|---|---|
1 | 148 | 22 | 208 | 43 | 249 |
2 | 283 | 23 | 79 | 44 | 134 |
3 | 327 | 24 | 169 | 45 | 119 |
4 | 265 | 25 | 139 | 46 | 129 |
5 | 271 | 26 | 281 | 47 | 206 |
6 | 314 | 27 | 246 | 48 | 182 |
7 | 248 | 28 | 209 | 49 | 261 |
8 | 194 | 29 | 146 | 50 | 179 |
9 | 250 | 30 | 174 | 51 | 250 |
10 | 184 | 31 | 294 | 52 | 165 |
11 | 306 | 32 | 342 | 53 | 145 |
12 | 301 | 33 | 106 | 54 | 418 |
13 | 453 | 34 | 262 | 55 | 388 |
14 | 180 | 35 | 225 | 56 | 320 |
15 | 154 | 36 | 194 | 57 | 212 |
16 | 158 | 37 | 160 | 58 | 287 |
17 | 403 | 38 | 232 | 59 | 148 |
18 | 412 | 39 | 294 | 60 | 219 |
19 | 557 | 40 | 184 | 61 | 237 |
20 | 243 | 41 | 220 | ||
21 | 273 | 42 | 206 |
Akan dilakukan forcasting 1 minggu kedepan terhadap data penjualan sepatu suatu perusahaan di Cibaduyut.
Adapun langkah-langkah melakukan forcasting terhadap data pada tabel dengan menggunakan aplikasi Eviews metode ARCH-GARCH adalah.
- Membuka aplikasi Eviews 16 dengan melakukan double click pada icon desktop.
- Setelah aplikasi Eviews terbuka dan siap digunakan, klik menu File – New - Workfile.
- Selanjutnya pilih menu Object – New Object, kemudian pilih Series dan isikan nama data pada kotak Name for object.
- Selanjutnya double klik pada nama data yang telah dibuat, klik button Edit, dan paste data pada studi kasus pada kolom.
- Lihat bentuk data tersebut, klik menu View – Graph – OK.
- Kemudian lihat histogram dan statistik dari data tersebut, apakah sudah stasioner terhadap variansi atau belum, klik menu View – Descriptive Statistics & Test – Histogram and Stats. Sehingga muncul gambar seperti gambar.
- Agar data tersebut stasioner terhadap variansi, maka dilakukan transformasi kedalam bentuk Logaritma Natural (ln). Pada menu utama, klik menu Quick – Generate Series, pada Enter equation isi dengan kode lnulwan=log(ulwan).
- Selanjutnya adalah menguji apakah data tersebut stasioner terhadap mean, pada data yang telah ditransformasi, klik menu View – Unit Root Test, kemudian isi sesuai gambar.
- Selanjutnya adalah identifikasi model awal, klik menu View – Correlogram, kemudian pilih Ok. Sehingga muncul grafik ACF dan PAC seperti gambar.
- Dari model grafik diatas, dapat diduga data tersebut mengikuti model ARIMA(1,0,1)C, ARIMA(1,0,1), ARIMA(1,0,2)C, ARIMA(2,0,1)C dan ARIMA(2,0,2)C. Klik menu Quick – Estimate Equation, kemudian isi dengan rumus sesuai dengan overfitting diatas yaitu log(ulwan) c (p,d,q).
- Setelah diketahui model terbaik adalah model ARIMA(1,0,1) dengan konstanta, maka langkah selanjutnya adalah diagnostic check. Yang pertama adalah uji normalitas residu, klik menu View – Residual Test – Hostogram Normality Test.
- Selanjutnya adalah uji asumsi autokorelasi, klik menu View – Residual Test – Correlogram Q Statistics.
- Selanjutnya adalah uji asumsi heteroskedastisitas, klik menu View – Residual Test – Correlogram Squared Residuals.
- Karena pada data tersebut terdapat masalah heteroskedastisitas, maka diduga model tersebut mengikuti model ARCH/GARCH, oleh sebab itu dilakukan overfitting kembali dengan model ARCH/GARCH. Klik menu Quick - Estimate Equation, kemudian pada method pilih ARCH dan masukkan model yang akan dioverfitting.
- Diduga model diatas mengikuti model ARIMA(1,0,1) GARCH(0,1), ARIMA(1,0,1) GARCH(1,1), ARIMA(1,0,1) GARCH(1,2), ARIMA(1,0,1) GARCH(2,1), ARIMA(1,0,1) GARCH(2,2), ARIMA(2,0,1)c GARCH(1,1), seperti contoh pada gambar 2.9, klik Option – heteroskedasticity.
- Setelah melakukan overfitting terhadap model diatas, didapatkan model terbaik untuk memprediksi penjualan sepatu pada studi kasus adalah model ARIMA(2,0,1)c GARCH(1,1).
- Setelah diketahui model terbaik, maka langkah selanjutnya adalah diagnostic check. Yang pertama adalah uji asumsi heteroskedastisitas, klik menu View – Residual Test – Correlogram Squared Residuals.
- Selanjutnya adalah uji asumsi autokorelasi, klik menu View – Residual Test – Correlogram Q Statistics.
- Selanjutnya adalah uji normalitas residu, klik menu View – Residual Test – Hostogram Normality Test.
- Untuk melihat apakah masih ada efek ARCH yang tersisa dalam residual hasil estimasi model GARCH, digunakan uji ARCH LM test, klik menu View – Residual Test – ARCH LM test.
- Selanjutnya adalah melakukan forecast atau peramalan, doubleklik pada range data dan ubah nilai End date dengan 2006M06.
- Setelah itu, klik menu Forecast dan isi sesuai dengan gambar.
- Sehingga didapatkanlah hasil forecast dari data tersebut.
Berdasarkan gambar, dapat dikatakan bahwa data tersebut mengalami fluktuasi yang tidak merata, sehingga data tersebut dikerjakan terlebih dahulu dengan model ARIMA, jika terdapat masalah hetroskedastisitas maka akan digunakan model ARCH/GARCH.
Berdsarkan output diatas dapat dilihat nilai Probability > alpha = 0.9516 > 0.05, yang berarti bahwa data tersebut normal dan telah stasioner terhadap variansi, artinya data tersebut memiliki fluktuasi yang relatif stabil atau hampir sama dari waktu ke waktu. Menggunakan dasar bahwa fluktuasi hampir sama dari waktu ke waktu maka dapat dikatakan penarikan nilai logaritma dengan basis bilangan alam cukup untuk menstasionerkan data terhadap variansi.
- Hipotesis
Ho : Data tidak stasioner
H1 : Data stasioner - Tingkat Signifikansi:
α=0.05 - Daerah Kritis:
|ADF| >|t-Statistic| : Tolak H0 - Statistika Uji:
ADF = -5.900 t-Statistic 5% = -2.108 - Keputusan Uji
Karena nilai |ADF| > |t-Statistic| maka keputusannya adalah tolak H0 - Kesimpulan :
Jadi dengan tingkat signifikansi 5% didapatkan kesimpulan bahwa data tersebut stasioner terhadap mean.
Hasil Overfitting Model ARIMA
....
Model | Keterangan | AIC | SC |
---|---|---|---|
ARIMA (1,0,1) c | Model Tidak Signifikan | 0.8852 | 0.9899 |
ARIMA (1,0,1) | Model Signifikan | 0.9070 | 0.9768 |
ARIMA (1,0,2) c | Model Tidak Signifikan | 0.8789 | 1.0185 |
ARIMA (2,0,1) c | Model Signifikan | 0.8160 | 0.9568 |
ARIMA (2,0,2) c | Model Signifikan | 0.7580 | 0.9340 |
Berdasarkan tabel, didapatkan nilai AIC dan SC terkecil yang menunjukkan model tersebut adalah terbaik yaitu model ARIMA(2,0,2)c, dan hasil diagnostic check dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Berdasarkan gambar, terlihat bahwa nilai Prob. > alpha = 0.692 > 0.05 maka keputusannya adalah gagal tolak H0 yang berarti bahwa data residual berdistribusi normal.
Berdasarkan gambar terlihat pada nilai prob. > alpha, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala autokorelasi terhadap data residual.
Berdasarkan gambar terlihat pada nilai prob. semua nilai tidak signifikan, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa terdapat gejala heteroskedastisitas terhadap data residual.
Karena terdapat masalah heteroskedastisitas pada data tersebut, maka dapat diselesaikan dengan metode ARCH-GARCH, hasil overfitting dengan pemodelan ARCH-GARCH dapat dilihat pada tabel.
Hasil Overfitting model ARCH-GARCH
...NO | Model | Keterangan |
---|---|---|
1 | ARIMA(1,0,1) GARCH(1,0) | Model Signifikan |
2 | ARIMA(1,0,1) GARCH(1,1) | Model Tidak Signifikan |
3 | ARIMA(1,0,1) GARCH(1,2) | Model Tidak Signifikan |
4 | ARIMA(1,0,1) GARCH(2,1) | Model Tidak Signifikan |
5 | ARIMA(1,0,1) GARCH(2,2) | Model Signifikan |
6 | ARIMA(2,0,1)c GARCH(1,1) | Model Signifikan |
Dari hasil overfitting tabel diatas, terdapat 3 model yang signifikan atau sesuai, yaitu model ARIMA(1,0,1) GARCH(1,0), ARIMA(1,0,1) GARCH(2,2), dan ARIMA(2,0,1)c GARCH(1,1). Untuk mengetahui model mana yang terbaik untuk mengestimasi atau meramalakan data penjualan sepatu adalah dengan melihat hasil asumsi yang terpenuhi serta melihat nilai AIC dan SC pada residual, seperti terlihat pada tabel dibawah.
Pemilihan Model Terbaik
...NO | Homoskedastisitas | NoAutokorelasi | Normalitas Residu | AIC | SC |
---|---|---|---|---|---|
1 | √ | √ | X | 0.9332 | 1.0728 |
2 | √ | √ | X | 0.9644 | 1.1390 |
3 | √ | √ | √ | 0.9470S | 1.1564 |
4 | X | X | √ | 3.2373 | 3.4468 |
5 | √ | X | √ | 2.8571 | 3.1015 |
6 | √ | √ | √ | 0.8609 | 1.1074 |
Dari hasil overfitting pada tabel diatas, dapat disimpulkan model terbaik untuk mengestimasi atau meramalkan penjuala sepatu adalah model ke-6 yaitu model ARIMA(2,0,1)c GARCH(1,1), model ini juga menunjukkan hasil uji ARCH LM Test adalah tidak ada efek ARCH/GARCH sampai lag ke 10. Sehingga dengan model inilah dilakukan forecasting.
Gambar diatas merupakan hasil forecast data penjualan sepatu 1 minggu ke depan, pada gambar pertama dapat dilihat informasi RMSE dan MAE yaitu 83.741 dan 62.865, dan pada gambar kedua dapat dilihat hasil forecast untuk periode 1 minggu kedepan yaitu sebanyak 236 pasang.
Pembahasan Penerapan Model ARCH GARCH Dalam Peramalan Data Runtun Waktu Dengan Eviews cukup panjang kawand. Saya lelah juga heheh.
Semoga bermanfaat.
Have FUN.
Tag :
Eviews,
forecasting
8 Komentar untuk "Penerapan Model ARCH GARCH Dalam Peramalan Data Runtun Waktu Dengan Eviews"
langkah urut menggunakan excel bagaimana ya pak? terima kasih
Mas, apakah untuk forecasting data dengan model ARCH/GARCH harus menguji dulu data dengan model ARMA? apa tidak bisa langsung menguji dengan metode ARCH/GARCH? kalo bisa langsung, mohon dijelaskan cara nya yang langsung menguji dengan metode ARCH/GARCH tanpa harus menguji dengan metode ARMA. terima kasih
Kak, bahas peramalan dengan metode fuzzy time series dong? Butuh referensi nih
Mohon dikoreksi mas postingannya.
1. Modelnya salah. model terbaik menurut saya adalah arima (1,0,1) tanpa konstanta. Krn kalau arima (1,0,1) modelnya tidak signifikaan sekaligus AIC dan SCnya lebih besar dibanding AIC dan SC arima (1,0,1) tanpa konstanta
2. Model tidak mengandung heterokedastisitas. Knp?
Pada q stat terakhir yaitu 37,54 lebih kcil dibanding c-square df 28 alpha 5% yaitu 41,37. Artinya tidak mengandung heterokedastisitas. Karena apabila data mengandung heterokedastisitas q stat (LB) sampai lag terakhir > nilai distribusi c square pada df sebesar byknya lag dan pada alpha... %
Buku rujukan adalah ekonometrika deret waktu ipb press
Maksud nomor 1 arima (1,0,1) dengan konstanta tidak signifikan. Kurang tepat model itu
Kalau untuk forecast periode 2 minggu kedepan, caranya gimana pak?
Gak bisa d copy yak ??
saya sudah mendapatkan model ARIMA-GARCH. lalu saya ingin memprediksi data kedepan, bagaimana? soalnya setelah saya ikuti langkah forecast saya tidak mengerti lagi.
Silahkan tinggalkan komentar, kritik, maupun saran dari sobat blogger tentang apa yang sobat rasakan setelah mengunjungi blog ini.